Rupanya menjawabmu memang tidaklah clip, atau dikatakan cukup seperti itu yang kutangkap saat berada di tempat seperti ini, mungkin jika ada melampaui tingginya satelit pun tak akan dapat mengatakan semua utuhnya jawaban.
Dengan tanpa perubahan panjangnya agenda perjalanan pernah ingat dibuat oleh serombongan gajah di hutan lebat yang luas dari kejauhan warna itu bicara pesanan yang pernah kau biakkan dalam cuap candaan malam kita mengisi waktu.
Delapan minggu terlewati tanpa terasa jauh sudah kini berada, monumen -monumen seperti barisan semut-semut kecil dari ketinggian pandang, namun semua enggan ditanya.
Pasir -pasir keemasan menjelang ujung barisan itu mulai tampak sebelum naikknya jelajah yang mesti dilewati tanpa hambatan lagi seperti perjalanan membalik me arah negeri mimpi surga yang pernah bagai tersembunyi.
Talu yang bebas tanpa dimainkan sudah disaji bumi yang gemuruh memberi nyanyian merangkai lambang -lambang kesukaan menjelas mata tanpa urai dekat katakanya.
Sandiwara kecil terdengar mengisi ruang saat volume siar mendekat arahnya tinjau memancar di gelombang radio tak lama berselang bersahut kelakar penyiar.....
Gelebah gelebuk Andai saja rindu bisa bicara Cinta mengandung Cita Duka sering tersamar oleh butanya mabuk asmara Emang pernah sebelumnya tulisan bernama untuk perasaan Gelisah dan tambahan gulana tak lebih dari maniskan diri sendiri agar tak bernama nestapa.
Ini semua bukan apa -apa saat ingat ada selalu engkau yang sangat mengerti apa artinya semua keadaan kita
Jauh tempat ini tak bisa lagi dipungkiri
Pesona tempat -tempat itu semua sudah diakui yang pernah singgah hingga siapa saja bisa dibuat terbelalak ... bercampur semua rasa heran dan yang sejenisnya hingga melongo mulut tanpa berucap, sisanya menggeleng -geleng.
Wajahmu seperti menutupi
Semua keadaan itu
saat kaki menaiki arah langkah
Hingga kubiarkan sejenak bebas
Agar bayang senyummu berimbas mengobati rindu yang disekat jarak ...