Bukan Perencana …
Sebagaimana
dirimu pernah berujar
Jauhnya
perjalanan ini seperti betul-betul membuat
Kembali
terngiang candamu juga celoteh kecilmu
Gelitikmu
tentang harus belajar jadi perencana handal
Cuma
gara-gara memasak menjadi keasinan
Keaslian
itu terkadang muncul begitu saja
Dan
tiba-tiba ada di depan mata
Keaslian
seperti apa lagi
Yang
tak lain kecuali cerianya senyummu
Bahkan
ketika musim ekstrim yang dingin
Engkau
bukan hanya datang seperti lukisan
Tapi
engkau menjadi bisa terdengar
Bayangan
wajahmu datang
Memberikan
manisnya senyum
Dari
balik jendela kecil yang telah usang itu
Kuyakini
saja itu adalah tak ubah
Dari
sebutanmu sendiri saat
Mengurai
bola-bola rindu di tempatmu
Agar
tak dilupa segala mimpi
Walau
baru sebatas khayalan terbaik
“Biarkan
kita bermimpi saat ini, gratis kan?”
Seperti
terulang sebelum kemunculanmu
Baru
menyusul kabar darimu
Yang
juga merangkai aneka tanya….
Kaki
memang telah jauh
Jauh
dari tempatmu menjadi penghuni tempat
itu
Entah
sampai kapan kita tak tahu
Seperti
juga sampai sejauh mana lagi
Banyak
musim masih harus kulewati
Namun
jauhnya kaki ini
Tidak
menjauhkan kepala yang terus menerus
Memikirkan
juga merasakan detak hatimu
Yang
terasa dekat sekali