Keramahan Lokal: Sudah umum jadi menu Keseharian orang bicara Dengan banyak kata-kata Mulai dari yang pelan dan biasa Hingga yang keras bahkan teriak...
Mulai sejak awal telah memunculkan sejuta tanya, namun tak perlu dirimu ragu tentang bagaimana setelah kutahu, karena pautan cinta tetap melekat erat padamu,tanpa ragu dapat kausebut menyatu hati, karena tiada arah karena tanya perlu mendapat selengkapnya jawab demi Sang Pancawemonoh;
Itu kuyakini bukan cuma dalam kepala ini, namun pada semua yang jauh-jauh rela datang demi melihatnya, tidak pula pada mereka yang belum sempat untuk mendekati atau meluangkan waktunya, demi memenuhi hasrat hati;
Itu bagian yang ternyata sangat disayangi, sebagai karya unik yang memang sangat layak untuk disayangi, karena tidak menjadi penting membicarakan terlalu banyak apa yang masih disayangkan.
Narasi menjadi sekumpukan reka lahirnya imaginasi akan sosokmu makhkuk dari dunia lain, dunia yang tertutupi oleh kain -kain bermacam warna, menutupi melebihi tingginya hidung; upaya penimbunan hingga hanya tampak rambutmu saat engkau berlalu tanpa kata-kata.....
Adakah relevansinya, akan semua perjalanan ini bagi kita punya kawan ? Bagaimana bisa kupercaya, karena rambut palsu siapa pun bisa, .. namun bagaimana langkahmu, kini telah membuktikan seperti yang pernah engkau katakan, tempo itu, saat kita akan memulai langkah berat kita yang terasa mustahil, untuk mengubah keadaan, kecuali ajakanmu untuk mengubah cara kita berpikir dan merasakan... banyak hal.
Ini bagiku menjadi bagian yang sulit untuk mengatakan
Bahkan dapat disebut teramat sulit untuk menemukan kata untuk menggambarkannya
Ada diantara bukit -bukit penuh kebekuan yang memijah waktu untuk menjadi sangat lambat dapat berjalan
Tersembunyi anugerah di puncak-puncak dan lereng-lereng curam terasa sangat jauh untuk dijangkau kaki seperti rindu ini untuk menggapaimu ...
Itu sebuah tembok kesadaran yang membuat bertanya adakah yang terjadi antara engkau dan aku ...
Sebuah keadaan dan ruang kian menjadi semu seakan telah memaksa menerima saja untuk kesekian waktu tanpa mau kejelasan batas
Bila mungkin hanya endusan dan ruang ingatan pada nama pemberian itu bukankah tiada duri dan tulang sepotong pun yang sampai hingga tergenggam
Jauh-jauh hanya untuk mendalilkan kerumitan rumusan tempat tiada akan jadi manfaat di sembarang tempat tanpa temunya mufakat yang bagi mereka dapat dijadikan berkat... sempat terumpat dari mulut yang mulanya rapat; hingga dengan keras terbilang, keparat!
Itu siasat? Bisa jadi bumbunya muslihat?
Aku ingat kamu pernah merasa tersesat, namun itu kaujadikan peristiwa lalu telah dapat mengubah tempatmu lewat, hingga kau namai sebagai tersembunyinya senawat pembawa pembaruan, what?
Mantul: Belum Pahami Rute: Kita masih saling mengerti Mencoba dengan sadar Walau buat belajar mendengar Setiap suara dan pertanda Yang akan membawa langkah Dan tu...
::=::
6 mobil U
Untuk apa lagi
Bukankah sudah banyak
Bahan yang terangkut
Siap dibikin
Dia tersenyum
Memahami diriku masih asing
Sambil menggulingkan batu kecil
Yang baru dipesannya
Agar pada letak posisi kerjanya
Dengan suara lembut ia menjelaskan
"Ini jenis batu untuk karya yang halus, beda jenisnya dengan tumpukan yang baru datang di tumpukan itu." Lalu ia mengambilkan dan menunjukkan satu hasil pahatannya dan memintaku merabanya.
Di situlah baru kupahami lebih tentang batu yang dipakai seniman batu, semula kupikir semua sama saja. Semakin jelas kalau batu juga punya bibir sensual oleh karya seniman berbakat sepertinya. Kehalusan wajahnya bahkan seperti sabun mandi, tidak keliru ia menyebutnya licin.